Minggu, 15 Februari 2015

Fungsi,Ruang,Bentuk dan Ekspresi dalam Arsitektur


Menurut para moderenis, fungsi dapat di kategorikan sebagai penentu bentuk atau penduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus di tentukan.
( yuswadi saliya, 1999 ).

Hal ini mengacu kepada slogan form follows function ( Louis Sullivan )
Jika kita berbicara tentang arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang fungsi dan bentuk saja. Masih ada unsur lain yang juga terkait erat dengan arsitektur, yang merupakan konsekuensi logisdari adanya fungsi. Karena fungsi merupakan gambaran dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan fungsi, tentunya akan berlanjut dengan pembahasan tentang ruang. Sedangkan bentuk yang menurut sullivan merupakan akibat dari pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi tertentu. Jadi pembahasan fungsi tidak dapat di pisahkan dari pembahasan tentang ruang, bentuk dan ekspresi bentuk yang di hasilkan.

Kaitannya dengan arsitektur adalah bahwa arsitektur merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan mansusia. Bagaimana pun juga unsur-unsur fungsi, ruang, bentuk dan ekspresi akan menentukan bagaiama arsitektur dapat meninggikan nilai suatu karya, memperoleh tanggapan serta mengungkapkan suatu makna. Oleh karena penyajian ini adalah sebagai sarana untuk memecakan suatu masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi lingkupnya secara arsitektural yang saling berkaitan.

1.1. FUNGSI

A. Pengertian fungsi

Dari segi pengeriatan dapat di bagi menjadi :

1. Pengertian Umum Bagi Para Ahli Bahasa ( Linguist ) Fungsi Adalah :
pendekatan pada studi bahasa yang berkenan dengan fungsi yang di tunjukan oleh bahasa, terutama dalam hal kejadian ( informasi yang berhubungan ), ekpresi ( mengindikasikan suasana hati ), dan pergaruh keahlian.
2. Pengertian Umum Bagi Para sosiologis ( Linguist ) Fungsi Adalah :
Teori tentang hubungan bagian-bagian dalam masyarakat pada keseluruhan dan satu dengan yang lai. Pendekatannya terkemukan dalam pekerjaan sosiolog pada abad, khususnya mereka yang melihat masyarakat sebagai organisme.
3. Pengertian Arsitekturalnya adalah :
Suatu prinsip Arsitekturalnya dimana bentuk suatu bangunan harus di peroleh dari fungsi yang harus di penuhinya; aspek skematis dan teknis dari moderenisasi arsitektural ( rasionalisme ), yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga membentuk pertanyaan simbolik, filsafat, politik, sosial ekonomi.
Fungsi traditional understanding ; utility, fitnes for purpose ( ketepatan guna ),”task” ( tugas/ guna ) yang harus di penuhi oleh suatu bangunan. Efek atau pengaruhnya terhadap pengguna atau pengamat.commodity bagi teori vitu virus tentang ” commodity ”, firmness and delight”.
Firmness = technics ” , delight = form ”. Ketiganya adalah dimensi yang tidak telepaskan dari sebuah karya/ pekerjaan arsitektur, dan fungsi sendiri dapat di bicarakannya dalam tujuan-tujuan analisis dengan pengertian bahwa dalam kenyataannya fungsi tidak bisa ” ada ” ( exist ) tanpa bentuk dan material konstruksi dan teknik.

B. Multifungsionalitas Arsitektur
Dalam kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari instilah ” Fungsi ”. Sayangnya istilah ini seringkali sangat di batasi pada pengertian sebagai aktifitas didalam bangunan maupun diluat bangunan. Tetapi pada prinsipnya pengertian fungsi sangat luas.

Berhubungan dengan hal ini, maka kita akan berhadapan dengan sebuah obyek yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan seluruh fungsi. Hal inilah yang mendorong arsitektur untuk menjalankan berbagai fungsi, yang dikatakan Multifungsionalitas Arsitektur ( josef Prijotomo, 1998 ).

Beberapa tokoh yang berkecimpung dalam bidang arsitektur maupun diluar melontarkan beberapa fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur :

Geoffrey Broadhint
Menurutnya ada enam fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur enam fungsi tersebut adalah :
1. Environmental Filter ( =Modofier of the phsycal climate ). Bangunan bias mengontrol iklin. Bangunan berfungsi sebagai penyaring terhadap iklim di luar
(filter). Bangunan dapat membuat kita merasa aman dan nyaman untuk melaksanakan aktifitas kita. Kita dapat menentukan ruangan mana yang harus dekat dan mana yang harus di jauhkan.
2. Container of actifities. Bangunan sebagai wadah kegiatan yang menempatkannya pada tempat tertentu
3. Capital invesment (=changer of land value ). Bangunan dapat memberikan nilai lebih pada tapak. Dapat menjadi sumber investasi yang baik.
4. symbolic function ( = implication cultural ). Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai Sombolik, khususnya keagamaan dan budaya.
5. Behavior modifier. Bangunan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku, sesuai dengan suasana ruang.
6. Aesthetic function (= Pursuit of delight ). Bangunan akan menyenangkan jika tampak cantik, sesuai dengan fashionable saat ini.
Geoffrey Broadhint, memahami fungsi sebagai sesuatu yang di pancarkan dan di informasikan melalui panca indrkita.

Christian Notberg-Scuhltz
Memunculkan empat fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur. Dalam menjawab : apa tugas bangunan :
1. phsycal Control. Peranan phsycal Control dalam fungsi bangunan adalah :
untuk mengontrol iklim.
*. Udara, kelembaban, temperetur, angin, curah hujan dan lain-lain
*. Hal-hal lain seperti, asap, serangga, hewan, manusia, dan radioaktif.
Secara umum physcal control adalah berupa hubungan bangunan terhadap lingkungan. Dapat mengontrol lingkungan sesuai dengan aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan.
2. functional frame. Pada prinsipnya manusia selalu melakukan aktifitas oleh kerena itu di perlukan wadah Arsiterktural dalam menentukan fungsi dari tiap-tiap wadah yang di tentukan. Manusia membutuhkan ruangan untuk melaksanakan kegiatannya, fungsi ruangan dapat berubah apabila terjadi perubahan gaya hidup yang di dasari atas kebutuhan. Tak peduli jika ruangan dalam bentuk apapun ( bujur sangkar, lingkaran, elipse, dll ) yang terpenting fungsi dapat terpenuhi.
3. Social Milieu. Bisa menjadi ekxpresi statis, peranan, kelompok, institusi dan sekolompok bangunan yang dapat merepresentasikan system sosial sebagai suatu kesatuan. Contoh : istana raja dibuat lebih besar dari bangunan lain dengan tujuan, menunjukan status sosial.
Dari sinilah akan lahir ekxpresi bentuk, baik yang terjadi di dalam maupun di luat harus dapat memberikan suatu informasi. Tentang apa dan fungsi dari bangunan tersebut.
Bangunan dan ligkungan memberikan manusia tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan umum dan khusus.
4. Cultural symbolization. Arsitektur adalah obyek budaya dan merupakan hasil karya mansusia yang melayani aktifitas manusia secara umum. Kita telah sepakat bahwa seni menerangkan nilai budaya dan sains menerangkan fakta-fakta, dan seni adalah nilai-nilai budaya yang harus di masyarakatkan.

Larry R. Ligo
Ligo memunculkan lima Fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitekrur untuk menjawab fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut liggo ( dari concepts of function of the twentieth century Atchitecture ) adalah :
1. Structural Articulation ( artikulasi structural ) menunjuk pada pengupasan dalam design, dari material struktur dan metode sebuah bangunan ( misalnya “ fungsi “ material dan metode maupun pada artikulasi exterior bangunan dengan variasi kegiatan yang terkandung di dalamnya.
2. Physcal function. ( fungsi fisik ). Meliputi control dari lingkungan dan akomodasi bangunan terhadap aspek-aspek fisik dari tujuan yang di inginkan, aspek-aspek seperti pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan ruang.
3. Physcal function. ( fungsi Psiokoligi ). Mengacu kepada “feelings”
( perasaan atau rasa ) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan pengamat- pengamatnya, penghuni/pemakai dan pengkritikannya, termasuk penyakit-penyakit psikologis seperti vertigo, clausphobia, kebingungan arah (direction), kenyamanan fisik atau kurangnya rasa dan emosi yang spesifik/khas.

4. Social function. ( fungsi Sosial ). Mengacu kepada kongkritisasi dari institusi social dan karakteristik yang bernilai budaya atau masa tertentu
5. Cultural/existential function. ( fungsi budaya/keberadaan ). Mengacu kepada kongritisasi dati nilai-nilai universal atau struktur subconcius dari spatial dan orientasi psikologi yang berhubungan lebih kepada esensi kemanusiaan dari pada hidup manusia dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
Larry R. ligo memahami fungsi sebagai tugas/pekerjaan ataupun efek-efek yang dapat di timbulkan oleh Arsitektur.

1.2. RUANG

2. Pengertian Ruang

Menurut Lao Tzu
Ruang adalah ” kekosongan ” yang ada di sekitar kita maupun disekitar obtek atau benda. Ruang yang ada di dalamnya lebih hakiki ketimbang materialnya/masannya. Kekosongan yang terbingkaikan adalah sebagai transisi yang memisahkan arsitektur dengan fundamental, ada Tiga Tahapan hirarki ruang :
1. ruang adalah hasil serangkaian secara tektonik
2. ruang yang dilingkupi bentuk
3. ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di dalam dan dunia di luar.
Menurut Plato
Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan terab, mejadi teraba karena memiki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato menginginkan : kini, segala sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba.

Ruang adalah sebagai tempat( topos ), tempat ( topos ) sebagai suatu dimana, atau suatu place of belonging, uang menjadi lokasi yang tepat diman setiap elemen fisik cenderung berada. Arsitoteles mengatakan : wadaq- wadaq sementara bergerak keatas dan kebawah menuju tempatnya yang tepat dan setiap hal berada di suatu tempat, yakni dalam suatu tempat. ” suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki sesuatu wadaq. ( cornelis van de ven, 1995 ).
Karakteristik dari ruang dirangkum menjadi lima butir :
1) Tempat melingkupi objek yang ada padanya
2) Tempat bukan bagian yang di linkunginya
3) Tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil dari objek tersebut
4) Tempat dapat di tinggalkan oleh objek dan dapat di pisahkan dari objek
5) Tempat selau mengikuti objek walaupun objek terus bergerak

Menurut Josef Prijotomo
Ruang adalah bagian dari bangunan yang berupa rongga, sela yang terletak diantara dua objek dan alam terbuka yang mengelilingi dan melingkupi kita. Tidak terlihat hanya dapat dirasakan oleh pendengaran, penciuman dan perabaan.

Menurut Rudolf Amheim
Ruang adalah sesuatu yang dapat di bayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas atau tak terbatas, seperti keadaan yang kosong yang sudah di siapkan untuk mengisi barang.

Menurut Imanuel Kant
Ruang bukanlah merupakan sesuatu yang objektif atau nyata merupakan sesuatu yang subjektif sebagai hasil pikiran manusia.

2.1. RUANG

3. Unsur – Unsur Pembentuk Ruang

Ruang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, baik secara Psikologi, emosional, dan dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati, berfikir dan juga menciptakan dan menyatakan bentuk dinianya.

Secara umum, ruang di bentuk oleh tiga pembentuk elemen ruangan yaitu :
1. Bidang Alas/Lantai ( The base Plane ). Oleh karena lantai Merupakan pendukung segala aktifitas kita di dalam ruangan.
2. Bidang Dinding/pembatas ( The vertical Space Devider ). Sebagai unsur perancangan bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau sebagai bidang yang terpisah.
3. bidang atap/langit-langi ( The Overhead Plane ). Bidang atap adalah unsure pelindung utama dari suatu bangunan dan pelindung terhadap pengaruh iklim.

4. Hubungan Antara Penentu Keterangkuman Dan Kualitas Barangruang

Selain ketiga unsur diatas adapun beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi terbentuknya suatu ruang. Faktor-faktor tersebut adalah dimensi,wujud, konfigurasim permukaan, sisi bidang dan bukaan-bukaan. Suatu ruang tidak saja mempunyai bentuk secara fisik. Ruang di bentuk oleh bidang alas, bidang dinding, sbidang langit-langit. Sedangkan kualitas suatu ruang di tentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, yang di sebut sebagai faktor penentu keterangkuman ruang.

Hubungan antara faktor-faktor penentu keterangkuman ruangan dengan kualitas ruang yang di hasilkannya disimpulkan di dalam matriks di bawah ini :

Penentu keterangkuman
Kualitas ruangan
Dimensi
Proporsi
Skala
Wujud
konfigurasi Bentuk
Definisi
Permukaan
Sisi-sisi
Warna
Tekstur
Pola
Bukaan Tingkat ketertutupan
Cahaya
Pandangan

Sebagai contoh, hubungan antara penentu keterangkuman ruang DIMENSI dengan kualitas ruang yang dapat di hasilkannya melalui SKALA dan PROFESI adalah bila kita ingin mendapatkan efek yang wajar, megah dan mencekam ( lihat ilustrasi di bawah ini )

Dalam contoh ini dimensi adalah ukuran panjang, lebar dan tinggi ruang. Skala wajar di hasilkan dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi ruang yang sebanding dengan tinggi manusia normal, contohnya pada bangunan rumah tinggal. Skala megah dapat di capai dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi ruang yang jauh lebih besar dari ukuran manusia normal, contohnya pada bangunan-bangunan monumental seperti istana, theatre dan lain sebagainya.
Wujud adalah ciri-ciri pokok yang menentukan bentuk. Dengan membuat konfigurasi dari permukaan dan sisi, maka akan di hasilkan suatu wujud terentu pula. Semakin banyang konfigurasi dan wujud suatu banguna, akan semakin banyak ragam bentuk yang di hasilkan. Bentuk-bentuk yang terjadi dari konfigurasi tersebut akan dapat memberikan baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pengamat dan pengguna ruang. Misalnya konfigurasi bentuk ruang segi banyak ( segi enam, segi delapan, dsb ), secara fisik akan mempengaruhi penataan perabot di dalamnya dan akan memberikan kesan kaku dan tegas terhadap ruang tersebut. Sedangkan bentuk ruang yang melenkung ( lingkaran, elipse, dsb ) akan memperjelas adanya continuitas permukaan-permukaan bentuk, kekompakan volume ruang dan kelembutan kontur.

Faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN DAN SISI akan menentukan kualitas ruang melalui WARNA, TEKSTUR, DAN POLA. Dengan memberikan warna dan tekstur pada permukaan-permukaan bidang pembentuk ruang ( lantai, dinding, dan langit-langit ) akan memberikan kesan tertentu pada ruang yang bersangkutan kesan yang di timbulkannya lebih bersifat psikologis dari pada bersifat fisik sebagai contoh, bila suatu ruang di beri warna-warna lembut dan cerah, maka ruang menjadi terasa lebih luas dan pada gilirannya akan menyebabkan pengguna ruang menjadi lebih tenang dan nyaman. Sebaliknya jika di beri warna-warna gelap dan warna-warna panas ( merah, kuning, jingga ) akan memberikan kesan sempit atau bersemangat demikian pula dengan tekstur, baik halus maupun kasar akan memnerikan kesan berbeda pada suatu ruang atau bangunan, misalnya pada bangunan yang menggunakan beton expose, maka kesan yang di timbulkan adalah bangunan yang berat dan kokoh. Pola yang di buat pada penyusun material penutup lantai ( keramik, marmer, granit, dll ) akan meningkatkan kualitas suatu ruang dari ruang yang ’ biasa-biasa’, saja menjadi ruang yang memiliki nilai estetika yang baik. Pola juga dapat memperkuat atau menyamarkan kesan yang sudah ada. Misalnya pada dinding yang tinggi atau tidak terlalu lebat di beri pola garis-garis vertikal masa dinding tersebut akan terasa menjadi lebih tinggi, tetapi jika di beri pola garis-gari horizontal maka akan menyamarkan ketinggiannya.

Contoh lain bisa kita ambil pada hubungan antara faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN dengan kualitas yang di hasilkan dalam penyamanan ruang. Ukuran, rupa dan letak dari bukaan atau void didalam bentuk penutupan ruang yang terangkum akan mempengaruhi nilai/kulitas dari suatu ruang dalam hal : bentuk ruang yang terjadi, pencahayaan ruang dan penerangan pada permukaan-permukaan dan bentuk-bentuknya, serta pada fokus dan orierntasi akibat dari adanya bukaan.

3.1 BENTUK

1. Pengertian

Menurut vitivirus, tidak ada istilah bentuk. Bentuk bagi vitivurus, bila mau di kaitkan dengan fungsi/utilitas tentunya merupakan gabungan antara firmitas ( thecnic ) dengan venustas ( beauty/delight )( saliya”99).
Obyek dalam persepsi kita memiliki wujud/ujud (sha ) ( abecrombie, 1984 : 37 )
Wujud merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi bentuk ( ching, 1979 : 50 )

2. Ciri-ciri visual bentuk

ciri-ciri pokok yang mrnunjukan bentuk, dimana ciri-ciri tersebut pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaiman cara kita memandangnnya.
Bentuk dapat dikenali karen ia memiliki ciri-ciri visual yaitu ( ching, 1979 )
1. wujud : adalah hasil konfugurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi-sisi bentuk
2. Dimensi : dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar, tinggi. Demensi-demensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya di tentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain di sekelilingnya.
3. warna : corak, intensitas dan nada permukaan pada suatu bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkunganya. Warna juga mempengaruhi bobot visual pada bentuk.
4. tekstur : adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi perasaan kita pada waktu menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan benda tersebut.
5. posisi : adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau medan visual.
6. Orientasi : adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasat, arah mata angin atau terhadap pandangan seseotang yang melihatnya.
7. inersia visual : adalah derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.

Dengan penghayatan terhadap wujud kita bisa mendapatkan kepuasan. Wujud dapat menawan perhatian kita, mengundang keingintahuan memberikan sensasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam berbagai cara. Ada wujud yang memuat pesan khusus, ada yang membuat kita langsung mengerti bahkan ada yang tidak sama sekali dengan atau tanpa penjelasan wujud tidak dapat di pertentangkan. ( Abrecombie 1984 ).
Sebagai contoh dengan dimensi dan ukurannya, piramid adalah suatu wujud yang mempunyai suatu kekuatan. Tentunya efektifitasnya di perkaya oleh pengulangan sejarah dan oleh kekayaan akan asosiasi-asosiasinya yang terakumulasi ( terkumpul ). Bagi masyarakat mesir, yang mengenalnya sebagai transfotmasi ideal dan agung dari gundukan makam biasa, yang mempercayai sebagai jaminan keabadian pharaoh dan yang melihat lapisan atapnya yang bekilat memantulkan cahaya langsung yang pertama dari matahari terbit, sebagai imaji kedewaan dan ketuhanan bagi mereka jelas, piramid memiliki arti yang tidak bisa kita dapatkan lagi saat ini.

Olblesik adalah salah satu bentuk yang memiliki daya tarik. Oblesik hampit selalu menarik perhatian. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa oblesik melambangkan’ lingga’. Tetapi akan berarti asosiasi ini dilihat sebagai sumber daya teriknya. Sumber tersebut mungkin sedikit lebih berkaitan dengan sex dari pada dengan sebuah isyarat melawan gravitasi, usaha melawan inertia.

2. Ekspresi Bentuk
ekspresi bentuk adalah apa yang kita lihat menurut pengaruh atau pengalaman sebelumnya. ( smithies, 1984 ). Oleh karen itu setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda, maka tanggapan terhadap ekspresi yang dimunculkan oleh subyek juga akan berbeda-beda.
Setiap kerangka arsitektural senantiasa mengandung ekspresi sebagai sebuah prinsip.

Ekpresi dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni
Fungsi. Fungsi dapat melahirkan bentuk yang ekspresif misalnya kita membuat sebuah lumbung padi dengan menitik beratkan pada pemenuhan fungsi, maka akan muncul bentuk lumbung padi yang dapat menghindari terjadinya pembusukan padi, menghindari gangguan tikus dan sebagainya.

Struktur. Penonjolan struktur sebagai elemen estetis pada sebuah bangunan dapat melahirkan bentuk yang eksptesif pula.

Budaya. Misalnya pada bangunan tradisional. Ekspresi yang di munculkan merupakan hasil tampilan budaya.

3. Teori Gestalt tentang Ekspresi
para psikologi Gestalt menduga bahwa terdapat sebuah pengalaman langsung dari kualitas ekspresi dalam persepsi terhadap garis-garis, bidang-bidang, volume ataupun massa. Mereka merumuskan bahwa pengalaman-pengalaman ini bukan hasil dari asosiasi intelektual melainkan hasil dari sebuah gaung antara proses neurologis (syaraf) dan pola-pola lingkungan. Jadi bangunan di katakan hidup, tenang, atau berat bukan karena asosiasi antara pola-pola yang ada sekarang dengan rujukan tetapi karena proses biologis dalam otak kita – konsep Isomorphism Gestalt (Lang, 1987).

Menurut interpretasi psikologi dari Teor Gestalt tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa ’garis’(line) dan ’bentuk’(form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-makna secara langsung melalui garis itu sendiri atau bidang (Lang, 1987). Contoh-contoh dari penerapan teori ini ada pada Crisler Building, ekspresi: menjulang tinggi (soaring), Sydney Opera house, ekspresi: gelembung (billowing), menunjukan ekspresi: statis. Ketiganya merupakan kualitas ekspresif dari konfigurasi-konfigurasi spesifik. Interpretasi alternatif dari teori Gestalt adalah bahwa ekspresi-ekspresi ini adalah hasil dari asosiasi-asosiasi yang di pelajari (Lang, 1987).

4.1 KETERKAITAN FUNGSI, RUANG, BENTUK DAN EKSPRESI

Fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu atau panduan manuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus ditemukan. Fungsi dan bentuk memang diperlukan untuk menjelaskan arsitektur, tapi belum memadai (necessary but not efficient) (Saliya, 1999).

Fungsi tidak mutlak menentukan bentuk. Konsep form follows function banyak dibantah oleh para modernis. Sebagai contoh satu fungsi dapat meghasilkan bermacam-macam bentuk. Bentuk adalah bagian integral dari kadar spiritual bagi pernyataan bangunan. Bentuk harus sebagai media bagi komunikasi (ruang). Yaitu, akan mungkin melalui bentuk yang sesuai untuk memancarkan informasi tertentu (Sohirmbeck, 1988).

Bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada pengamat melalui bentuk. Kaitan-kaitan tersebut dapat menghasilkan ekspresi bentuk. Dalam menyatakan, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penagkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat. Menurut para moderenis, fungsi dapat di kategorikan sebagai penentu bentuk atau penduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus di tentukan.
( yuswadi saliya, 1999 ).

Hal ini mengacu kepada slogan form follows function ( Louis Sullivan )
Jika kita berbicara tentang arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang fungsi dan bentuk saja. Masih ada unsur lain yang juga terkait erat dengan arsitektur, yang merupakan konsekuensi logisdari adanya fungsi. Karena fungsi merupakan gambaran dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan fungsi, tentunya akan berlanjut dengan pembahasan tentang ruang. Sedangkan bentuk yang menurut sullivan merupakan akibat dari pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi tertentu. Jadi pembahasan fungsi tidak dapat di pisahkan dari pembahasan tentang ruang, bentuk dan ekspresi bentuk yang di hasilkan.

Kaitannya dengan arsitektur adalah bahwa arsitektur merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan mansusia. Bagaimana pun juga unsur-unsur fungsi, ruang, bentuk dan ekspresi akan menentukan bagaiama arsitektur dapat meninggikan nilai suatu karya, memperoleh tanggapan serta mengungkapkan suatu makna. Oleh karena penyajian ini adalah sebagai sarana untuk memecakan suatu masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi lingkupnya secara arsitektural yang saling berkaitan.

1.1. FUNGSI

A. Pengertian fungsi

Dari segi pengeriatan dapat di bagi menjadi :
Ilustration
concept
Ilustrasi 1
TR

1. Pengertian Umum Bagi Para Ahli Bahasa ( Linguist ) Fungsi Adalah :
pendekatan pada studi bahasa yang berkenan dengan fungsi yang di tunjukan oleh bahasa, terutama dalam hal kejadian ( informasi yang berhubungan ), ekpresi ( mengindikasikan suasana hati ), dan pergaruh keahlian.
2. Pengertian Umum Bagi Para sosiologis ( Linguist ) Fungsi Adalah :
Teori tentang hubungan bagian-bagian dalam masyarakat pada keseluruhan dan satu dengan yang lai. Pendekatannya terkemukan dalam pekerjaan sosiolog pada abad, khususnya mereka yang melihat masyarakat sebagai organisme.
3. Pengertian Arsitekturalnya adalah :
Suatu prinsip Arsitekturalnya dimana bentuk suatu bangunan harus di peroleh dari fungsi yang harus di penuhinya; aspek skematis dan teknis dari moderenisasi arsitektural ( rasionalisme ), yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga membentuk pertanyaan simbolik, filsafat, politik, sosial ekonomi.
Fungsi traditional understanding ; utility, fitnes for purpose ( ketepatan guna ),”task” ( tugas/ guna ) yang harus di penuhi oleh suatu bangunan. Efek atau pengaruhnya terhadap pengguna atau pengamat.commodity bagi teori vitu virus tentang ” commodity ”, firmness and delight”.
Firmness = technics ” , delight = form ”. Ketiganya adalah dimensi yang tidak telepaskan dari sebuah karya/ pekerjaan arsitektur, dan fungsi sendiri dapat di bicarakannya dalam tujuan-tujuan analisis dengan pengertian bahwa dalam kenyataannya fungsi tidak bisa ” ada ” ( exist ) tanpa bentuk dan material konstruksi dan teknik.

B. Multifungsionalitas Arsitektur
Dalam kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari instilah ” Fungsi ”. Sayangnya istilah ini seringkali sangat di batasi pada pengertian sebagai aktifitas didalam bangunan maupun diluat bangunan. Tetapi pada prinsipnya pengertian fungsi sangat luas.

Berhubungan dengan hal ini, maka kita akan berhadapan dengan sebuah obyek yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan seluruh fungsi. Hal inilah yang mendorong arsitektur untuk menjalankan berbagai fungsi, yang dikatakan Multifungsionalitas Arsitektur ( josef Prijotomo, 1998 ).

Beberapa tokoh yang berkecimpung dalam bidang arsitektur maupun diluar melontarkan beberapa fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur :

Geoffrey Broadhint
Menurutnya ada enam fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur enam fungsi tersebut adalah :
1. Environmental Filter ( =Modofier of the phsycal climate ). Bangunan bias mengontrol iklin. Bangunan berfungsi sebagai penyaring terhadap iklim di luar
(filter). Bangunan dapat membuat kita merasa aman dan nyaman untuk melaksanakan aktifitas kita. Kita dapat menentukan ruangan mana yang harus dekat dan mana yang harus di jauhkan.
2. Container of actifities. Bangunan sebagai wadah kegiatan yang menempatkannya pada tempat tertentu
3. Capital invesment (=changer of land value ). Bangunan dapat memberikan nilai lebih pada tapak. Dapat menjadi sumber investasi yang baik.
4. symbolic function ( = implication cultural ). Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai Sombolik, khususnya keagamaan dan budaya.
5. Behavior modifier. Bangunan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku, sesuai dengan suasana ruang.
6. Aesthetic function (= Pursuit of delight ). Bangunan akan menyenangkan jika tampak cantik, sesuai dengan fashionable saat ini.
Geoffrey Broadhint, memahami fungsi sebagai sesuatu yang di pancarkan dan di informasikan melalui panca indrkita.

Christian Notberg-Scuhltz
Memunculkan empat fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur. Dalam menjawab : apa tugas bangunan :
1. phsycal Control. Peranan phsycal Control dalam fungsi bangunan adalah :
untuk mengontrol iklim.
*. Udara, kelembaban, temperetur, angin, curah hujan dan lain-lain
*. Hal-hal lain seperti, asap, serangga, hewan, manusia, dan radioaktif.
Secara umum physcal control adalah berupa hubungan bangunan terhadap lingkungan. Dapat mengontrol lingkungan sesuai dengan aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan.
2. functional frame. Pada prinsipnya manusia selalu melakukan aktifitas oleh kerena itu di perlukan wadah Arsiterktural dalam menentukan fungsi dari tiap-tiap wadah yang di tentukan. Manusia membutuhkan ruangan untuk melaksanakan kegiatannya, fungsi ruangan dapat berubah apabila terjadi perubahan gaya hidup yang di dasari atas kebutuhan. Tak peduli jika ruangan dalam bentuk apapun ( bujur sangkar, lingkaran, elipse, dll ) yang terpenting fungsi dapat terpenuhi.
3. Social Milieu. Bisa menjadi ekxpresi statis, peranan, kelompok, institusi dan sekolompok bangunan yang dapat merepresentasikan system sosial sebagai suatu kesatuan. Contoh : istana raja dibuat lebih besar dari bangunan lain dengan tujuan, menunjukan status sosial.
Dari sinilah akan lahir ekxpresi bentuk, baik yang terjadi di dalam maupun di luat harus dapat memberikan suatu informasi. Tentang apa dan fungsi dari bangunan tersebut.
Bangunan dan ligkungan memberikan manusia tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan umum dan khusus.
4. Cultural symbolization. Arsitektur adalah obyek budaya dan merupakan hasil karya mansusia yang melayani aktifitas manusia secara umum. Kita telah sepakat bahwa seni menerangkan nilai budaya dan sains menerangkan fakta-fakta, dan seni adalah nilai-nilai budaya yang harus di masyarakatkan.

Larry R. Ligo
Ligo memunculkan lima Fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitekrur untuk menjawab fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut liggo ( dari concepts of function of the twentieth century Atchitecture ) adalah :
1. Structural Articulation ( artikulasi structural ) menunjuk pada pengupasan dalam design, dari material struktur dan metode sebuah bangunan ( misalnya “ fungsi “ material dan metode maupun pada artikulasi exterior bangunan dengan variasi kegiatan yang terkandung di dalamnya.
2. Physcal function. ( fungsi fisik ). Meliputi control dari lingkungan dan akomodasi bangunan terhadap aspek-aspek fisik dari tujuan yang di inginkan, aspek-aspek seperti pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan ruang.
3. Physcal function. ( fungsi Psiokoligi ). Mengacu kepada “feelings”
( perasaan atau rasa ) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan pengamat- pengamatnya, penghuni/pemakai dan pengkritikannya, termasuk penyakit-penyakit psikologis seperti vertigo, clausphobia, kebingungan arah (direction), kenyamanan fisik atau kurangnya rasa dan emosi yang spesifik/khas.

4. Social function. ( fungsi Sosial ). Mengacu kepada kongkritisasi dari institusi social dan karakteristik yang bernilai budaya atau masa tertentu
5. Cultural/existential function. ( fungsi budaya/keberadaan ). Mengacu kepada kongritisasi dati nilai-nilai universal atau struktur subconcius dari spatial dan orientasi psikologi yang berhubungan lebih kepada esensi kemanusiaan dari pada hidup manusia dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
Larry R. ligo memahami fungsi sebagai tugas/pekerjaan ataupun efek-efek yang dapat di timbulkan oleh Arsitektur.

1.2. RUANG

2. Pengertian Ruang

Menurut Lao Tzu
Ruang adalah ” kekosongan ” yang ada di sekitar kita maupun disekitar obtek atau benda. Ruang yang ada di dalamnya lebih hakiki ketimbang materialnya/masannya. Kekosongan yang terbingkaikan adalah sebagai transisi yang memisahkan arsitektur dengan fundamental, ada Tiga Tahapan hirarki ruang :
1. ruang adalah hasil serangkaian secara tektonik
2. ruang yang dilingkupi bentuk
3. ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di dalam dan dunia di luar.
Menurut Plato
Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan terab, mejadi teraba karena memiki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato menginginkan : kini, segala sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba.

Ruang adalah sebagai tempat( topos ), tempat ( topos ) sebagai suatu dimana, atau suatu place of belonging, uang menjadi lokasi yang tepat diman setiap elemen fisik cenderung berada. Arsitoteles mengatakan : wadaq- wadaq sementara bergerak keatas dan kebawah menuju tempatnya yang tepat dan setiap hal berada di suatu tempat, yakni dalam suatu tempat. ” suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki sesuatu wadaq. ( cornelis van de ven, 1995 ).
Karakteristik dari ruang dirangkum menjadi lima butir :
1) Tempat melingkupi objek yang ada padanya
2) Tempat bukan bagian yang di linkunginya
3) Tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil dari objek tersebut
4) Tempat dapat di tinggalkan oleh objek dan dapat di pisahkan dari objek
5) Tempat selau mengikuti objek walaupun objek terus bergerak

Menurut Josef Prijotomo
Ruang adalah bagian dari bangunan yang berupa rongga, sela yang terletak diantara dua objek dan alam terbuka yang mengelilingi dan melingkupi kita. Tidak terlihat hanya dapat dirasakan oleh pendengaran, penciuman dan perabaan.

Menurut Rudolf Amheim
Ruang adalah sesuatu yang dapat di bayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas atau tak terbatas, seperti keadaan yang kosong yang sudah di siapkan untuk mengisi barang.

Menurut Imanuel Kant
Ruang bukanlah merupakan sesuatu yang objektif atau nyata merupakan sesuatu yang subjektif sebagai hasil pikiran manusia.

2.1. RUANG

3. Unsur – Unsur Pembentuk Ruang

Ruang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, baik secara Psikologi, emosional, dan dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati, berfikir dan juga menciptakan dan menyatakan bentuk dinianya.

Secara umum, ruang di bentuk oleh tiga pembentuk elemen ruangan yaitu :
1. Bidang Alas/Lantai ( The base Plane ). Oleh karena lantai Merupakan pendukung segala aktifitas kita di dalam ruangan.
2. Bidang Dinding/pembatas ( The vertical Space Devider ). Sebagai unsur perancangan bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau sebagai bidang yang terpisah.
3. bidang atap/langit-langi ( The Overhead Plane ). Bidang atap adalah unsure pelindung utama dari suatu bangunan dan pelindung terhadap pengaruh iklim.

4. Hubungan Antara Penentu Keterangkuman Dan Kualitas Barangruang

Selain ketiga unsur diatas adapun beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi terbentuknya suatu ruang. Faktor-faktor tersebut adalah dimensi,wujud, konfigurasim permukaan, sisi bidang dan bukaan-bukaan. Suatu ruang tidak saja mempunyai bentuk secara fisik. Ruang di bentuk oleh bidang alas, bidang dinding, sbidang langit-langit. Sedangkan kualitas suatu ruang di tentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, yang di sebut sebagai faktor penentu keterangkuman ruang.

Hubungan antara faktor-faktor penentu keterangkuman ruangan dengan kualitas ruang yang di hasilkannya disimpulkan di dalam matriks di bawah ini :

Penentu keterangkuman
Kualitas ruangan
Dimensi
Proporsi
Skala
Wujud
konfigurasi Bentuk
Definisi
Permukaan
Sisi-sisi
Warna
Tekstur
Pola
Bukaan Tingkat ketertutupan
Cahaya
Pandangan

Sebagai contoh, hubungan antara penentu keterangkuman ruang DIMENSI dengan kualitas ruang yang dapat di hasilkannya melalui SKALA dan PROFESI adalah bila kita ingin mendapatkan efek yang wajar, megah dan mencekam ( lihat ilustrasi di bawah ini )

Dalam contoh ini dimensi adalah ukuran panjang, lebar dan tinggi ruang. Skala wajar di hasilkan dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi ruang yang sebanding dengan tinggi manusia normal, contohnya pada bangunan rumah tinggal. Skala megah dapat di capai dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi ruang yang jauh lebih besar dari ukuran manusia normal, contohnya pada bangunan-bangunan monumental seperti istana, theatre dan lain sebagainya.
Wujud adalah ciri-ciri pokok yang menentukan bentuk. Dengan membuat konfigurasi dari permukaan dan sisi, maka akan di hasilkan suatu wujud terentu pula. Semakin banyang konfigurasi dan wujud suatu banguna, akan semakin banyak ragam bentuk yang di hasilkan. Bentuk-bentuk yang terjadi dari konfigurasi tersebut akan dapat memberikan baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pengamat dan pengguna ruang. Misalnya konfigurasi bentuk ruang segi banyak ( segi enam, segi delapan, dsb ), secara fisik akan mempengaruhi penataan perabot di dalamnya dan akan memberikan kesan kaku dan tegas terhadap ruang tersebut. Sedangkan bentuk ruang yang melenkung ( lingkaran, elipse, dsb ) akan memperjelas adanya continuitas permukaan-permukaan bentuk, kekompakan volume ruang dan kelembutan kontur.

Faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN DAN SISI akan menentukan kualitas ruang melalui WARNA, TEKSTUR, DAN POLA. Dengan memberikan warna dan tekstur pada permukaan-permukaan bidang pembentuk ruang ( lantai, dinding, dan langit-langit ) akan memberikan kesan tertentu pada ruang yang bersangkutan kesan yang di timbulkannya lebih bersifat psikologis dari pada bersifat fisik sebagai contoh, bila suatu ruang di beri warna-warna lembut dan cerah, maka ruang menjadi terasa lebih luas dan pada gilirannya akan menyebabkan pengguna ruang menjadi lebih tenang dan nyaman. Sebaliknya jika di beri warna-warna gelap dan warna-warna panas ( merah, kuning, jingga ) akan memberikan kesan sempit atau bersemangat demikian pula dengan tekstur, baik halus maupun kasar akan memnerikan kesan berbeda pada suatu ruang atau bangunan, misalnya pada bangunan yang menggunakan beton expose, maka kesan yang di timbulkan adalah bangunan yang berat dan kokoh. Pola yang di buat pada penyusun material penutup lantai ( keramik, marmer, granit, dll ) akan meningkatkan kualitas suatu ruang dari ruang yang ’ biasa-biasa’, saja menjadi ruang yang memiliki nilai estetika yang baik. Pola juga dapat memperkuat atau menyamarkan kesan yang sudah ada. Misalnya pada dinding yang tinggi atau tidak terlalu lebat di beri pola garis-garis vertikal masa dinding tersebut akan terasa menjadi lebih tinggi, tetapi jika di beri pola garis-gari horizontal maka akan menyamarkan ketinggiannya.

Contoh lain bisa kita ambil pada hubungan antara faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN dengan kualitas yang di hasilkan dalam penyamanan ruang. Ukuran, rupa dan letak dari bukaan atau void didalam bentuk penutupan ruang yang terangkum akan mempengaruhi nilai/kulitas dari suatu ruang dalam hal : bentuk ruang yang terjadi, pencahayaan ruang dan penerangan pada permukaan-permukaan dan bentuk-bentuknya, serta pada fokus dan orierntasi akibat dari adanya bukaan.

3.1 BENTUK

1. Pengertian

Menurut vitivirus, tidak ada istilah bentuk. Bentuk bagi vitivurus, bila mau di kaitkan dengan fungsi/utilitas tentunya merupakan gabungan antara firmitas ( thecnic ) dengan venustas ( beauty/delight )( saliya”99).
Obyek dalam persepsi kita memiliki wujud/ujud (sha ) ( abecrombie, 1984 : 37 )
Wujud merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi bentuk ( ching, 1979 : 50 )

2. Ciri-ciri visual bentuk

ciri-ciri pokok yang mrnunjukan bentuk, dimana ciri-ciri tersebut pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaiman cara kita memandangnnya.
Bentuk dapat dikenali karen ia memiliki ciri-ciri visual yaitu ( ching, 1979 )
1. wujud : adalah hasil konfugurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi-sisi bentuk
2. Dimensi : dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar, tinggi. Demensi-demensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya di tentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain di sekelilingnya.
3. warna : corak, intensitas dan nada permukaan pada suatu bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkunganya. Warna juga mempengaruhi bobot visual pada bentuk.
4. tekstur : adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi perasaan kita pada waktu menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan benda tersebut.
5. posisi : adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau medan visual.
6. Orientasi : adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasat, arah mata angin atau terhadap pandangan seseotang yang melihatnya.
7. inersia visual : adalah derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.

Dengan penghayatan terhadap wujud kita bisa mendapatkan kepuasan. Wujud dapat menawan perhatian kita, mengundang keingintahuan memberikan sensasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam berbagai cara. Ada wujud yang memuat pesan khusus, ada yang membuat kita langsung mengerti bahkan ada yang tidak sama sekali dengan atau tanpa penjelasan wujud tidak dapat di pertentangkan. ( Abrecombie 1984 ).
Sebagai contoh dengan dimensi dan ukurannya, piramid adalah suatu wujud yang mempunyai suatu kekuatan. Tentunya efektifitasnya di perkaya oleh pengulangan sejarah dan oleh kekayaan akan asosiasi-asosiasinya yang terakumulasi ( terkumpul ). Bagi masyarakat mesir, yang mengenalnya sebagai transfotmasi ideal dan agung dari gundukan makam biasa, yang mempercayai sebagai jaminan keabadian pharaoh dan yang melihat lapisan atapnya yang bekilat memantulkan cahaya langsung yang pertama dari matahari terbit, sebagai imaji kedewaan dan ketuhanan bagi mereka jelas, piramid memiliki arti yang tidak bisa kita dapatkan lagi saat ini.

Olblesik adalah salah satu bentuk yang memiliki daya tarik. Oblesik hampit selalu menarik perhatian. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa oblesik melambangkan’ lingga’. Tetapi akan berarti asosiasi ini dilihat sebagai sumber daya teriknya. Sumber tersebut mungkin sedikit lebih berkaitan dengan sex dari pada dengan sebuah isyarat melawan gravitasi, usaha melawan inertia.

2. Ekspresi Bentuk
ekspresi bentuk adalah apa yang kita lihat menurut pengaruh atau pengalaman sebelumnya. ( smithies, 1984 ). Oleh karen itu setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda, maka tanggapan terhadap ekspresi yang dimunculkan oleh subyek juga akan berbeda-beda.
Setiap kerangka arsitektural senantiasa mengandung ekspresi sebagai sebuah prinsip.

Ekpresi dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni
Fungsi. Fungsi dapat melahirkan bentuk yang ekspresif misalnya kita membuat sebuah lumbung padi dengan menitik beratkan pada pemenuhan fungsi, maka akan muncul bentuk lumbung padi yang dapat menghindari terjadinya pembusukan padi, menghindari gangguan tikus dan sebagainya.

Struktur. Penonjolan struktur sebagai elemen estetis pada sebuah bangunan dapat melahirkan bentuk yang eksptesif pula.

Budaya. Misalnya pada bangunan tradisional. Ekspresi yang di munculkan merupakan hasil tampilan budaya.

3. Teori Gestalt tentang Ekspresi
para psikologi Gestalt menduga bahwa terdapat sebuah pengalaman langsung dari kualitas ekspresi dalam persepsi terhadap garis-garis, bidang-bidang, volume ataupun massa. Mereka merumuskan bahwa pengalaman-pengalaman ini bukan hasil dari asosiasi intelektual melainkan hasil dari sebuah gaung antara proses neurologis (syaraf) dan pola-pola lingkungan. Jadi bangunan di katakan hidup, tenang, atau berat bukan karena asosiasi antara pola-pola yang ada sekarang dengan rujukan tetapi karena proses biologis dalam otak kita – konsep Isomorphism Gestalt (Lang, 1987).

Menurut interpretasi psikologi dari Teor Gestalt tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa ’garis’(line) dan ’bentuk’(form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-makna secara langsung melalui garis itu sendiri atau bidang (Lang, 1987). Contoh-contoh dari penerapan teori ini ada pada Crisler Building, ekspresi: menjulang tinggi (soaring), Sydney Opera house, ekspresi: gelembung (billowing), menunjukan ekspresi: statis. Ketiganya merupakan kualitas ekspresif dari konfigurasi-konfigurasi spesifik. Interpretasi alternatif dari teori Gestalt adalah bahwa ekspresi-ekspresi ini adalah hasil dari asosiasi-asosiasi yang di pelajari (Lang, 1987).

4.1 KETERKAITAN FUNGSI, RUANG, BENTUK DAN EKSPRESI

Fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu atau panduan manuju bentuk. Fungsi menunjukan kearah mana bentuk harus ditemukan. Fungsi dan bentuk memang diperlukan untuk menjelaskan arsitektur, tapi belum memadai (necessary but not efficient) (Saliya, 1999).

Fungsi tidak mutlak menentukan bentuk. Konsep form follows function banyak dibantah oleh para modernis. Sebagai contoh satu fungsi dapat meghasilkan bermacam-macam bentuk. Bentuk adalah bagian integral dari kadar spiritual bagi pernyataan bangunan. Bentuk harus sebagai media bagi komunikasi (ruang). Yaitu, akan mungkin melalui bentuk yang sesuai untuk memancarkan informasi tertentu (Sohirmbeck, 1988).

Bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada pengamat melalui bentuk. Kaitan-kaitan tersebut dapat menghasilkan ekspresi bentuk. Dalam menyatakan, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penagkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat.




Reference
https://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsi-ruangbentuk-dan-ekspresi-dalam-arsitektur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar