Minggu, 08 Februari 2015

ARSITEK INDONESIA YANG PALING BERPENGARUH

1.Soejoedi Wirjoatmodjo


Soejoedi Wirjoatmodjo arsitek kelahiran 27 Des 1928,mungkin nama seorang arsitek indonesia itu tidak asing lagi buat arsitektur yang ada di indonesia khususnya. Siapa yang tidak kenal Soejoedi Wirjoatmodjo? . Yah Soejoedi Wirjoatmodjo adalah seorang arsitek indonesia yang sangant berbakat dan yang pada saat itu beliau memenangkan sayembara untuk mendesain Gedung MPR/ DPR senayan jakarta.

Soejodi, mengenyam pendidikan awalnya di ITB, dan beliau mendapat beasiswa ke prancis untuk meneruskan studi di Lecole des Beaux-Art,paris. Beliau pada saat menempuh studi di Lecole,paris tidak betah,dan pindah ke Technische Hoogeschool, Delft, Belanda. Karna menurut beliau suasananya dirasa lebih dekat dengan Indonesia.Selama beliau di Eropa banyak hal yang mempengaruhi beliau dalam mendesain bangunan.Ralph Erskine adalah seorang arsitek dari Swedia,Ralph Erskine adalah seorang menginspirasi beliau dalam mendesain.

Karya awal Soejodi adalah Cafe Restoran Braga Permai yang pernah dinamai Maison Bogerijen. Bentuk awalnya mirip vila Eropa yang sering ditandai dengan atap curam empat sisi yang disebut atap mansard. Setelah berganti pemilik, Soejodi mengubahnya mirip bangunan di jerman barat waktu itu.
karya-karyanya antara lain gedung Sekretariat ASEAN, gedung kedubes Perancis di jakarta, Gedung Konsulat Indonesia di Beograd,Gedung KBRI di Kuala Lumpur, dan Stasiun PLTA di Karang Kates, Jawa Timur. 

Selain itu , Soejoedi turut merancang masterplan tata kota kotamadya Pontianak, Kalabar, masterplan daerah pariwisata Nusa Dua, Bali dan masterplan pengembangan pariwisata Jawa Tengah. Warisannya adalah membawa bentuk arsitektur non-tradisional sebagai inspirasi arsitek-arsitek muda, rancangannya memberikan ruang interaksi sosial tanpa mengorbankan lingkungan sekitar.
  • Gedung MPR/DPR Senayan Jakarta
  • Cafe Braga Permai / Maison Bogerijen


2.Frederich Silaban


Ars. Frederich Silaban (lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 – meninggal di Jakarta, 14 Mei 1984 pada umur 71 tahun) adalah seorang opzichter/arsitek generasi awal di negeri Indonesia. Dia merupakan seorang arsitek otodidak. Pendidikan formalnya hanya setingkat STM (Sekolah Teknik Menengah) namun ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Dan seiring perjalanan waktu, ia terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang bangun dimana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut.

Frederich Silaban telah menerima anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil berupa Bintang Jasa Utama dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Mesjid Istiqlal.
Frederich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di Lentera dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tanggal 16 Maret 1962 yakni sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional termasuk musik yang diprakarsai oleh Lekra (Lembaga Kebudajaan Rakjat, onderbouw Partai Komunis Indonesia) dan didukung oleh Lembaga Kebudayaan Nasional (onderbouw Partai Nasional Indonesia) dan Lembaga Seni Budaya Indonesia (Lesbi) milik Pesindo.

Hasil karya :
Gedung Universitas Nommensen - Medan (1982)
Gelora Bung Karno - Jakarta (1962)
Rumah A Lie Hong - Bogor (1968)
Monumen Pembebasan Irian Barat - Jakarta (1963)
Markas TNI Angkatan Udara - Jakarta (1962)
Gedung Pola - Jakarta (1962)
Gedung BNI 1946 - Medan (1962)
Menara Bung Karno - Jakarta 1960-1965 (tidak terbangun)
Monumen Nasional / Tugu Monas - Jakarta (1960)
Gedung BNI 1946 - Jakarta (1960)
Gedung BLLD, Bank Indonesia, Jalan Kebon Sirih - Jakarta (1960)
Kantor Pusat Bank Indonesia, Jalan Thamrin - Jakarta (1958)
Rumah Pribadi Friderich Silaban - Bogor (1958)
Masjid Istiqlal - Jakarta (1954)


3.Achmad Noeman (1926- )


Achmad Noeman terkenal sebagai Maestro Arsitektur Masjid Indonesia. Sudah banyak karyanya seperti Masjid Salman ITB, Masjid Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki, Masjid at-Tin Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, Masjid Soeharto di Bosnia dan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika Selatan. Namun karyanya yang melambungkan namanya adalah Masjid Salman di ITB, masjid ini berdiri gagah tanpa kubahnya. Dalam merancang masjid ia berprinsip bahwa barisan shalat tidak boleh terpotong sehingga dalam desain masjidnya tidak ada kolom di dalam bangunan masjid. Ia merupakan salah satu pendiri IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
Salah satu karyanya yang melambung


4. Ir. Ciputra (1931- )

Berkas:Ciputra.jpg
Arsitek satu ini dikenal bukan karena karya-karyanya tapi karena kesuksesan usahanya, pandangan hidupnya dan sumbangannya untuk kemajuan kewirausahaan Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan arsiteknya tahun 1960 di ITB. Pada tahun-tahun berikutnya ia kemudian bekerja di Jaya Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Disana karirnya melesat sampai usia 65 tahun ia masih bekerja sebagai direksi. Dari bekerja di Jaya Group ini ia menelorkan inovasi-inovasinya melalui kawasan Ancol. Jiwa pengusahanya mulai bersinar ketika ia membentuk usaha bersama Sudono Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad mendirikan Metropolitan Group yang menghasilkan dua kawasan perumahan paling ikonik di Indonesia yaitu Pondok Indah dan Bumi Serpong Damai.

Iapun mendirikan perusahaanya sendiri di bawah naungan Ciputra Group dan menghasilkan berbagai macam proyek properti lainnya. Saat krisis moneter melanda Indonesia sekitar tahun 1997 grup usahanya terlilit utang dan mengalami kemunduran namun saat ini telah bangkit dan kembali melakukan usaha di Indonesia dan luar negeri. Saat ini kegiatan utamanya adalah melakukan pendidikan kewirausahaan, ia mendirikan sekolah dan Universitas Ciputra untuk memempersiapkan lulusannya menjadi pengusaha. Kiprah Ciputra diapresiasi oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan memberikan dua rekor kepadanya, yakni sebagai entrepreneur peraih penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelatihan entrepreneurship kepada dosen terbanyak


5. Han Awal (1930- )

Karya arsitek satu ini yang paling terkenal adalah Gedung Museum Arsip Nasional (pemugaran), Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Arsitek ini mengenyam pendidikan arsitek di Technische Hoogeschool di Delft, Belanda dan kemudian Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. Ia kemudian dikenal sebagai arsitek pemugaran (konservationis) bangunan-bangunan tua, karya pemugarannya meliputi Gereja Katedral Jakarta, Gedung Arsip, Gedung Bank Indonesia Jakarta Kota dan Gereja Immanuel. Untuk sumbangannya di bidang budaya ini ia mendapatkan penghargaan rofesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda. Penghargaa itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.
Berkas:National Archives of Indonesia Building (Gedung Arsip Nasional).JPG
                         Gedung Museum Arsip Nasional


6. Hendra Hadiprana (1929- )


Arsitek satu ini karyanya berada di Hong-Kong: Ramayana Galleries Hotel Hilton dan Bank Niaga Indonesia. Bersekolah di Akademie Minerva Afdeling Architektuur, Groningen, Negeri Belanda, arsitek satu ini kemudian mendirikan Hendra Hadiprana Architech and Interior Design. Pada awalnya bergerak di bidang desain interior rumah kemudian merambah ke desain bangunan. Pada masa itu bank-bank asing selalu menyerahkan desain arsitekturnya kepada kantor konsultan ini. Selain itu karyanya juga meliputi hotel-hotel di Indonesia, klienya termasuk keluarga dekat Soeharto. Karya paling barunya yang bisa dilihat adalah Gedung Universitas Bina Nusantara dan Bandara di Kalimantan Timur.
Berkas:Anggrek Campus - Bina Nusantara University.JPG


7. Y.B Mangunwijaya Pr. (1929-1999)

Mangun.jpg


Entah mengapa para arsitek bisa begitu indahnya berkaya di berbagai bidang selain arsitektur itu sendiri, apakah karena arsitektur itu seni? Ataukah karena membangun adalah pada dasarnya dorongan spiritual kodrati setiap manusia? Jujur sebagai seorang insinyur sipil saya agak iri hati. Arsitek satu ini menempati posisi puncak dalam daftar ini karena sumbanganya tidak hanya terbatas pada arsitektur namun juga meresap ke dalam ingatan dan jiwa kita. Dalam bidang arsitektur sendiri lulusan Teknik Arsitektur ITB, 1959 dan Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman, 1966, ini dijuluki sebagai bapak arsitektur modern indonesia. Karyanya yang terkenal adalah Bentara Budaya Jakarta, berbagai gereja dan kawasan pemukiman Kali Code.
Sebagai humanis ia sangat peduli pada masyarakat kecil saat merancangan pemukiman di bantaran Kali Code, tidak berhenti pada pembangunan fisik namun juga pembangunan untuk memanusiakan manusia. Ia memberikan pendampingan pada korban waduk Kedungombo sampai berhasil ke Mahkamah Agung, untuk jasanya itu ia dicap Komunis oleh orde baru. Rohaniawan Katolik ini menempuh pendidikan seminari pada Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta, yang dilanjutkan ke Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius di Mertoyudan, Magelang.
Ia juga seorang sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang dipuji tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Sebut saja Burung-burung Manyar dan Roro Mendut. Romo juga sangat peduli mengenai pendidikan dan mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, yayasan pendidikan untuk anak miskin dan terlantar. Ia memang sangat peduli dengan pendidikan dasar sampai-sampai ia pernah berkata “When I die, let me die as a primary school teacher”. Untuk jasanya ia mendapatkan berbagai penghargaan, lengkap untuk setiap bidang yang ia geluti.




Reference : 
http://isidunia.blogspot.com/2011/09/arsitek-arsitek-indonesia-terbaik-dan.html
wikipedia.com
https://www.lintas.me/design/architecture/giant41.blogspot.com/3-arsitek-indonesia-yang-paling-berpengaruh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar