Sabtu, 02 Mei 2015

Cina Melihat Indonesia


Indonesia Itu Penting!

LAJU peningkatan hubungan diplomatik Indonesia-Cina memang cepat sekali. Terutama setelah Soeharto jatuh, lebih tepat lagi sejak Gus Dur jadi presiden. Sebelum itu, kendati telah dinormalkan, hubungan diplomatik Indonesia-Cina pada tahap dingin-dingin saja. Namun, lihatlah jumlah perjanjian bersama kedua negara (MOU) dan persetujuan lain yang ditandatangani oleh Indonesia dan Cina sejak tahun 1999.

DATA dari KBRI di Beijing, mencatat :

1. MOU mengenai Bantuan Hibah dalam kaitan dengan Kerja sama Ekonomi dan Teknik ditandatangani di Jakarta, 28 Desember 1999.

2. MOU mengenai Kerja sama Bidang Kesehatan dan Kesepakatan Kerja sama Bidang Kesehatan ditandatangani di Beijing, 23 Februari 2000.

3. MOU mengenai Kerja Sama Penangkapan Ikan ditandatangani di Beijing, 23 April 2001, dilanjutkan dengan Kesepakatan Dua Pihak mengenai "Pemanfaatan Sebagian Kawasan Penangkapan Ikan yang Dibolehkan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia" ditandatangani di Beijing, 19 Desember 2001.

4. Kesepakatan mengenai Pengangkut Laut ditandatangani di Jakarta, 5 Juni 2001.

5. MOU mengenai Kerja Sama Pertanian ditandatangani di Jakarta, 7 November 2001, yang dilanjutkan dengan Pertemuan Komisi Gabungan Pertama tentang Kerja Sama Pertanian ditandatangani di Beijing, 18 September 2000.

6. Kesepakatan untuk Penghindaran Pajak Ganda dan Pencegahan Pengelakan Fiskal demi Pajak atas Pendapatan ditandatangani di Jakarta, 7 November 2001.

7. MOU sehubungan dengan Penguatan Kerja Sama dan Pertukaran Informasi antara Bank Indonesia dan People’s Bank of China (Bank Sentral Cina) ditandatangani di Jakarta, 7 November 2001.

8. Persiapan bagi Rencana Implementasi Pelancongan Warga Cina ke Indonesia ditandatangani di Jakarta, 7 November 2001.

9. MOU mengenai Bantuan Hibah dalam Kaitan dengan Kerja Sama Ekonomi dan Teknik ditandatangani di Beijing, 24 Maret 2002.

10. MOU mengenai Pendirian Forum Energi ditandatangani di Beijing, 24 Maret 2002 yang dilanjutkan dengan Memorandum Bersama mengenai Forum Energi Indonesia dan Cina Pertama ditandatangani di Jakarta, 26 September 2002.

11. MOU mengenai Kerja Sama Ekonomi dan Teknik Bidang Jembatan, Jalan Raya, dan Proyek Infrastruktur Lain ditandatangani di Beijing, 24 Maret 2002.

12. MOU mengenai Ikatan Jasa Penerbangan ditandatangani di Beijing, 25 Juni 2002.

13. MOU mengenai Kerja Sama Memerangi Perdagangan Ilegal Hasil Hutan ditandatangani di Beijing, 18 Desember 2002.

Bandingkanlah ini dengan jumlah perjanjian atau MOU yang ditandatangani dalam 1990-1999. Dalam jangka sembilan tahun, cuma 12 perjanjian yang ditandatangani, sementara dalam jangka hanya tiga tahun ditandatangani 13 perjanjian. Ini berarti antara 1999 dan 2002 rata-rata setiap tahun diteken empat perjanjian, sebuah prestasi luar biasa yang menunjukkan meningkatnya intensitas hubungan Indonesia-Cina.Seperti tampak dalam tulisan Hubungan Indonesia-Cina dalam Angka di halaman berikut, semua angka memang menunjukkan peningkatan: perdagangan, investasi, dan wisata. Ini semakin menggarisbawahi "kehangatan" hubungan antara Indonesia dan Cina.

Bandingkan dengan zaman dulu, ketika hubungan masih terputus. Selama 23 tahun hubungan antara Indonesia dan Cina benar-benar beku. Ketika kebekuan itu mencair, orang tidak bisa tidak mengatakan bahwa ada "sesuatu" pada Cina.Hampir semua orang yang saya wawancarai mengatakan bahwa "Indonesia itu penting bagi Cina". Ketika Indonesia mengulurkan tangan kepada Cina, seakan-akan tanpa pikir panjang Cina menyambutnya. Dapat dikatakan ini bagaikan pucuk dicinta ulam tiba. Cina sebenarnya sudah lama ingin mempererat hubungan dengan Indonesia karena banyak faktor: ASEAN, Taiwan, Jepang, dan Amerika Serikat.ASEAN sebagai sebuah organisasi multilateral sangatlah menarik bagi Cina.
Sudah sejak awal reformasinya (1978) Cina ingin mengembangkan hubungan positif dengan setiap negara ASEAN.

Namun, hal itu baru terjadi setelah tahun 1990 ketika Indonesia menormalkan lagi hubungannya dengan Cina, yang segera disusul oleh Singapura pada tahun yang sama. Tahun berikutnya, Cina langsung melamar menjadi "mitra konsultatif" dengan ASEAN. Langkah berikutnya adalah melamar menjadi mitra purnadialog pada tahun 1996.Pokok yang dibicarakan juga makin lama makin meningkat. Mula-mula bicara tentang ekonomi, lambat-laun menjadi pembicaraan tentang keamanan, termasuk di dalamnya masalah confidence-building measures. Yang pasti tidak terlewatkan adalah masalah paling peka: Laut Cina Selatan di mana Cina bersengketa hampir dengan semua negara ASEAN.Pada tahun 1997, terhadap hubungan ASEAN dengan Cina, setuju diciptakan pembicaraan multilateral yang dinamakan ASEAN plus Three, yaitu ASEAN Cina, Jepang, dan Korea Selatan.

Pada saat yang sama juga diciptakan pembicaraan ASEAN plus One, yaitu ASEAN dengan Cina saja. Presiden Jiang Zemin sendiri hadir dalam pembentukan dua forum baru ini. Cina benar-benar antusias "masuk ASEAN". Pada pertemuan puncak di Bali, Oktober 2003, Cina tidak menyia-nyiakan kesempatan menjadi pihak pertama yang menandatangani Treaty of Amity and Cooperation.Cina sebenarnya terlibat secara lebih mendalam lagi dengan ASEAN lewat berbagai forum lain. Cina ikut dalam Forum Regional ASEAN, South China Sea Workshops, Pertemuan Asia-Eropa (ASEM), Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC). Lebih-lebih tawaran Cina untuk menjalin Wilayah Perdagangan Bebas (FTA) yang sudah disepakati oleh ASEAN juga. Kehadiran Cina di tengah-tengah ASEAN tidak lagi setengah-setengah. Tidak dapat dimungkiri bahwa Cina memandang posisi penting yang diduduki oleh ASEAN.Cina butuh ASEAN.

Ini didasarkan atas pertimbangan keamanan: bahwa Cina membutuhkan teman di wilayah Asia Tenggara ini untuk, pertama, ke luar dari kepungan Amerika Serikat, dan kedua, untuk tidak tertinggal dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, juga Uni Eropa, India, dan Rusia, yang semuanya seakan-akan berlomba-lomba menguasai ASEAN.Di Asia Timur, sejak Peristiwa Tiananmen, Cina benar-benar merasa dijepit oleh Amerika Serikat. Embargo yang dikenakan oleh Amerika Serikat segera sesudah Peristiwa Tiananmen, disusul kemudian aneka isu yang dilemparkan terhadap Cina, seperti masalah HAM, masalah nonproliferasi nuklir, masalah hak cipta, masalah kelebihan perdagangan. Perintah pengiriman kapal perang oleh Presiden Clinton pada 1995 ke perairan Laut Cina Selatan, sehubungan dengan konfliknya dengan Taiwan, membuat iklim di Asia Timur tidak kondusif.
Terakhir adalah isu pertahanan nuklir yang akan dikembangkan antara Amerika Serikat dan Jepang, sungguh membuat Cina tidak bisa bernapas.Bagi Cina, pilihan terbaik adalah membuka koridor ke sebelah selatan.

Namun, di wilayah ini pun Cina segera menemukan sebuah kolam yang penuh dengan ikan-ikan besar, negara-negara besar yang ingin bermitra dengan ASEAN. Pertama, di sini pun Cina bertemu dengan Amerika Serikat yang telah memperoleh izin dari Singapura melabuhkan kapal perangnya. Sesudah Peristiwa 11 September, intervensi Amerika Serikat semakin kentara dengan tekanannya pada tiap-tiap negara ASEAN memberantas terorisme. Taiwan juga ditemukan aktif menjalin hubungan dengan ASEAN, terutama di bidang perdagangan dan investasi. Jepang yang telah lama berkiprah di ASEAN merupakan negara lain yang harus diperhitungkan Cina.Cina segera melihat ASEAN dalam keadaan amat sumuk, ketika Uni Eropa, India, bahkan Rusia berduyun-duyun mendatangi dan merayu ASEAN.

Urutan waktunya berbeda-beda, tetapi bagi Cina hal ini sungguh suatu hal yang luar biasa. Apa yang harus dilakukan kalau Cina ingin ikut aktif berkecimpung dalam kolam yang sudah sedemikian ramai?SECARA alami, Singapura merupakan rekan yang paling ideal karena negara pulau ini punya penduduk yang mayoritas keturunan Cina. Namun, negara yang paling kaya di ASEAN ini tidak cocok dijadikan mitra karena ukurannya yang sedemikian kecil, tetapi juga karena orientasi Singapura ke Amerika Serikat membuat Cina merasa tidak sreg. Singapura mau menerima kapal-kapal perang Amerika.

Singapura adalah negara pertama ASEAN yang membuka hubungan FTA dengan Amerika.Indonesia-di mata Cina-merupakan negara yang harus diperhitungkan dengan serius mengingat wilayahnya yang luas, kekayaan alamnya yang melimpah, jumlah penduduknya yang besar, dan posisi historis sebagai tonggak utama di tengah ASEAN. Seorang ahli keamanan internasional dari Akademi Ilmu-ilmu Sosial Cina di Beijing, Han Feng, dengan jelas mengatakan bahwa Indonesia tidak mungkin tidak diperhatikan oleh Cina dalam rangka hubungannya dengan ASEAN. Indonesia adalah "saudara tua" di antara negara-negara ASEAN.Peran ini paling tampak ketika Cina dan beberapa negara ASEAN terlibat dalam sengketa mengenai Kepulauan Spartly.

Cina mengalami hambatan untuk berunding dengan negara-negara yang bersengketa dengannya: Malaysia, Filipina, Brunei, dan Vietnam. Indonesia amat dihargai karena mengambil inisiatif menjadi semacam fasilitator agar Cina dan negara-negara ASEAN itu dapat duduk dan berbicara bersama.Krisis ekonomi yang menghantam Indonesia memang membuat Indonesia menjadi negara yang miskin di ASEAN. Keadaan politik yang morat-marit plus korupsi yang menggurita semakin membuat posisi Indonesia tidak diperhitungkan oleh dunia internasional.
Indonesia, ibaratnya, menjadi negara yang dipinggirkan.Meski demikian, di mata Cina, Indonesia itu penting. Seorang peneliti pada Lembaga Studi Antarbangsa Cina, Jin Linbo, mengatakan yang terjadi di Indonesia sekarang tidak boleh menjadi pertimbangan untuk "melupakan" Indonesia. Kalau reformasi sekarang sukses, Indonesia pasti akan memainkan peran penting lagi di ASEAN. Hal ini juga digarisbawahi oleh Zhai Kun, seorang peneliti pada Lembaga Hubungan Kontemporer Cina.Arti strategis Indonesia itu paling tampak pada kenyataan bahwa pendapat Indonesia masih didengarkan oleh rekan-rekannya di ASEAN. Istilah mereka: saudara tua. Selain itu, diakui bahwa tidak mungkin ASEAN berdiri tanpa Indonesia. Seandainya Indonesia benar-benar pecah, sulit membayangkan ASEAN sebagai organisasi masih akan berdiri.

Indonesia, mereka katakan, benar-benar sebagai jangkar dalam ASEAN. Peran jangkar ini tetap bisa dimainkan oleh Indonesia kendati keadaan yang parah sekarang.Oleh sebab itu, begitu Indonesia membuka diri kepada Cina pada 1999, Cina serta-merta menanggapinya dengan penuh semangat. Begitu cepat dan banyak memorandum yang ditandatangani oleh Pemerintah Cina dan Pemerintah Indonesia merupakan bukti kuat. Tidak dapat dilupakan bantuan keuangan yang diberikan oleh Pemerintah Cina kepada Pemerintah Indonesia. Tahun 2003 kemarin Pemerintah Cina memberikan bantuan sebesar RMB 50 juta di samping 6 juta dollar AS. Antara 1999-2002, juga diberikan RMB 130 juta. (Sumber: Kedubes RRC, 2003: RMB 1 = Rp 1000)Kalau Cina mau berhasil menjalin hubungan dengan ASEAN, kuncinya memang terletak di Indonesia.

Hubungan yang baik dengan Indonesia akan mempermudah hubungan yang baik pula dengan sembilan negara ASEAN yang lain. Demikian kira-kira jalur logika Cina dari sudut keamanan dalam melihat Indonesia.INDONESIA penting bagi Cina bukan hanya dari sudut keamanan, juga dari sudut kepentingan pembangunan Cina. Yang dimaksud adalah soal minyak. Pada saat ini, ketika pembangunan di Cina makin cepat, keperluan Cina akan energi, di antaranya minyak, juga makin bertambah banyak. Menurut perkiraan Badan Informasi Energi Amerika Serikat, konsumsi minyak Cina akan meningkat dari 4,78 juta barrel per hari pada tahun 2002 menjadi 10,5 juta barrel pada tahun 2020. Konsumsi gas alam juga akan meningkat dalam 20 tahun mendatang menjadi sekitar 8-12 persen dari konsumsi energi Cina dari tingkat 3 persen pada tahun 1999.

Sebenarnya Cina sejak tahun 1994 sudah menjadi importir minyak karena produksi minyak di Daratan Cina sendiri tidak mencukupi. Maka Cina berbelanja minyak dari Arab Saudi, Iran, Rusia, dan tentu saja Indonesia.Cina membeli minyak dari Indonesia, tetapi juga mengirim tiga perusahaan negara di bidang minyak ke Indonesia. Setelah PetroChina membeli semua aset Devon Energy Corporation berupa 6 ladang gas dan minyak awal tahun ini dan China National Offshore Oil Corp (CNOOC) kemudian membeli aset-aset Repsol-YPF. Sementara itu, Cina juga menandatangani kontrak sekitar 8,2 miliar dollar AS untuk membeli 2,5 juta ton gas alam dari Indonesia 2,5 juta ton selama 20 tahun, mulai dari tahun 2007.

Pada bulan September 2002 diselenggarakan sidang Forum Energi Indonesia-Cina yang pertama dan ditandatangani sebuah MOU untuk:

1. Pengembangan pembangkit listrik di Palembang oleh China National Chemical Engineering dan China Cheng Da Chemical Engineeringa Co, yang dulu ditangani oleh PLN dan anak perusahaan PT Astra International Tbk.

2. Kesepakatan antara PLN dan China National Machinery & Equipment untuk membangun pembangkit listrik di Sibolga senilai 447 juta dollar AS.

3. Kesepakatan antara PLN dan China Machine Building International Corp untuk pengembangan pembangkit listrik di Kalimantan Barat senilai 246 juta dollar AS.

4. Kesepakatan antara PT Perusahaan Gas Negara dan CNOOC untuk membangun pipa gas terbesar di Indonesia yang menggandengkan Kalimantan Timur dan Jawa Timur senilai 1,7 miliar dollar AS.

5. Kesepakatan antara Sinopec dan PT Cahaya Putra Kencana untuk mengambil andil dalam beberapa ladang minyak di Sumatera Utara kesepakatan antara PT Bukit Asam dengan China National Technial Import Export Coporation untuk mengembangkan tambang batu bara di Ombilin, Sumatra Barat.

A.ANALISA

Dapat dilihat dari perbandingan tahun 1990 dan tahun 2002,perbandingan ini dengan jumlah perjanjian atau MOU yang ditandatangani dalam 1990-1999. Dalam jangka sembilan tahun, cuma 12 perjanjian yang ditandatangani, sementara dalam jangka hanya tiga tahun ditandatangani 13 perjanjian. Ini berarti antara 1999 dan 2002 rata-rata setiap tahun diteken empat perjanjian, sebuah prestasi luar biasa yang menunjukkan meningkatnya intensitas hubungan Indonesia-Cina.

Seperti tampak dalam tulisan Hubungan Indonesia-Cina dalam Angka di halaman berikut, semua angka memang menunjukkan peningkatan: perdagangan, investasi, dan wisata. Ini semakin menggarisbawahi "kehangatan" hubungan antara Indonesia dan Cina.Sehingga nampak terlihat kemajuan secara pesat yang dialami Indonesia dan Cina dalam hubungan diplomatiknya.

B.PENDAPAT

Hubungan antar tiap negara harusnya dijaga lebih baik agar semakin erat,karena suatu negara tidak akan berjalan begitu baik jika tidak bersosialisasi atau bekerjasama dengan negara lain.Karena,tiap-tiap negara memiliki peran penting terhadapa negara yang lainnya.

Seperti halnya Indonesia dengan Cina,dimana Cina merasa sangat beruntung karena telah bekerjasama dengan Indonesia terlebih dalam hal hubungan diplomatiknya yang laju perkembangannya semakin pesat dan baik dan perlu adanya dukungan antar negara agar hubungan negara yang satu dengan yang lain berjalan dengan lancar

C.KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa "Indonesia itu penting" bagi Cina: bukan hanya dari sudut geopolitik, tetapi juga dari sudut ekonomi. Cina mengakui lambat-laun bahwa Cina "membutuhkan" Indonesia entah sebagai sahabat, entah sebagai mitra dagang dan sebagainya.



Sumber :
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=3721&coid=3&caid=31&p=3&gid=1